13 Kue Cente Manis Sumber gambar: RRI. Kue cente adalah kue khas Betawi yang dibuat dengan bahan seperti tepung hunkwe, santan, gula, dan bulir cente manis atau sagu mutiara yang sudah matang. Kemudian bahan-bahan ini dibungkus dalam bungkus plastik lalu dikukus dan jadilah makanan khas betawi manis ini.
Tariyang diiringi Rebana Biang ialah tari Blenggo. Tanjidor Musik Tanjidor diduga berasal dari bangsa Portugis yang datang ke Betawi pada abad ke 14 sampai 16. Menurut sejarawan, dalam bahasa Portugis ada kata tanger yang artinya memainkan alat musik. Memainkan alat musik ini dilakukan pada pawai militer atau upacara keagamaan.
KueCente Manis Khas Betawi Posted By : Santi Ayu, 2 2 April 2015 Kue yang dikukus dengan bahan
KueCente Manis gambar kue cente manis makanan khas betawi (Tastemade) Kue ini di kukus dengan bahan yang terbuat dari tepung hunkwe, santan, gula, serta bulir cente manis atau sagu mutiara yang telah matang. Kemudian semuanya dibungkus dalam bungkus plastik lalu dikukus. 14. Getuk Lindri gambar getuk lindri makanan khas betawi (Dapur Kesayangan)
Beragamseni dan budaya mewarnai keunikan suku Betawi, salah satunya adalah tari. Baca Juga : 8 Tarian Betawi Hilang bak di Telan Bumi, Renggong Manis Adaptasi dari 4 Negara. Ngomongin soal tari, ini dia macam-macam tarian asli betawi yang diunggah melalui akun instagram @jakarta.creative.
Nah otomatis mereka membawa serta budaya mereka, termasuk makanan khas mereka. Jadilah tertukar-tukar dan menyerupai wisata kulinernya. 4. Kue talam. 5. Gado-gado. 6. Soto Betawi. Info gak penting dariku: saya sendiri mengganti santan dengan susu kedelai; atas pertimbangan untuk mencegah kolesterol.
Tarianberkelompok ini sering dijumpai pada panggung-panggung pertunjukan. Contoh tarian berkelompok ini ialah tari Cente Manis dari Betawi, Burung Enggang dari Kalimantan, Tifa dari Papua, Yosim Panca dari Papua dan tari Belibis dari Bali. Dramari merupakan bentuk penyajian tari yang memiliki disain Dramatik.
AssalamualaikumWr.Wb Selamat Datang di Trit ane Gan Sesuai judulnya,disini ane mau ngeshare kesenian khas betawi. Dan kebetulan ane orang betawi,itung itung ngebantu ngelestariin budaya betawi yang hampir punah gan. Langsung ajaa Kesenian Gambang Kromong berkembang pada abad 18, khususnya di sekitaran daerah Tangerang. Bermula dari sekelompok grup musik yang dimainkan oleh beberapa orang pekerja
TariCokek Betawi merupakan salah satu bentuk tari pergaulan masyarakat setempat sebagai perpaduan antara nilai-nilai kebudayaan Betawi dengan masyarakat luar. Tari Coken dipertunjukkan terutama dalam merayakan kenduri atau perayaan hari besar orang Cina, seperti pada perayaan keluarga, perayaan pernikahan, atau hiburan lainnya. Sebagai seni hiburan yang bersifat pergaulan, tari cokek cukup populer dan berkembang di Jakarta dan daerah sekitarnya seperti Bekasi dan Tangerang.
Contohtari tradisi berpasangan seperti tari Payung dari Sumatra Barat yang diciptakan oleh Huriah Adam. Tarian Berkelompok. Tarian berkelompok adalah tarian yang dilakukan oleh laki-laki, perempuan, atau campuran antara laki-laki dengan perempuan. Contoh tari berkelompok misalnya : tari Cente Manis dari Betawi; Burung Enggang dari Kalimantan
ClgLrk. Tari Cokek adalah tarian tradisional Betawi. Meski berasal dari suku Betawi, tarian ini sebenarnya merupakan perpaduan antara budaya Betawi, Sunda, dan Tionghoa. Dalam perkembangannya Tari Cokek dijadikan sebagi tarian penyambut tamu. Gerakan-gerakan dalam tari ini antara lain berupa gerakan berputar, maju mundur, berjinjit, serta gelengan kepala. Para penari sendiri mengenakan kostum berupa baju kurung dengan celana panjang yang terbuat dari bahan sutra dan dilengkapi dengan sehelai selendang. Sementara alat musik yang menjadi pengiring tarian antara lain Gambang Kromong, suling, gendang, dan kecrek. Agar dapat lebih mengenal tarian khas Betawi ini simak pembahasan lengkapnya di bawah ini. Sejarah Tari CokekGerakan Tari CokekFungsi dan MaknaKostum dan Propertia. Baju Kurungb. Celana Panjang Bahan Sutrac. SelendangTata RiasMusik Pengiringa. Gambang Kromongb. Sulingc. Gongd. Gendange. Kecrekf. Sukongg. Tehyanh. KongahyanPertunjukkana. Penempatan Panggungb. Jumlah PenariPesan Morala. Gerakan Tangan Keatasb. Gerakan Tangan Menunjuk Keningc. Gerakan Tangan Menutup Mulutd. Gerakan Tangan Menunjuk MataPelestarian Tari Cokeka. Acara Kemasyarakatan Betawib. Acara Budaya Lokal maupun Internasional Sumber gambar Pada mulanya tarian ini merupakan penggabungan tiga budaya yakni Betawi, Sunda, dan Tionghoa. Hal ini berawal dari kedatangan warga asli Tionghoa yang biasa dipanggil dengan Tan Sio Kek yang sering mengadakan pesta di rumahnya. Pesta tersebut juga sekalian memunculkan iringan permainan musik ala Tionghoa berisntrumen serupa dengan rebab 2 dawai yang juga dikombinasikan bersama alat musik tradisional khas Betawi. Alat musik tersebut terdiri dari suling, gong, dan kendang. Berkat perpaduan itu, para tamu undangan yang hadir ke pesta tersebut larut ikut menari. Sehingga dari sinilah bermula tarian tradisional khas Betawi yang dinamakan tari Cokek. Ada juga yang berpendapat bahwa asal kata “Cokek” diambil dari nama selendang yang juga digunakan dalam tarian. Tapi ada juga sebagian yang berargumen tentang kata “Cokek” diambil dari nama si Tuan Tanah, Tan Sio Kek. Berhubung yang melafalkan adalah Masyarakat Betawi, maka pengucapannya menjadi Sokek. Terlepas dari sumber yang mengabarkan tentang asal usulnya, tarian tradisional ini masih bisa eksis sampai sekarang entah itu di DKI Jakarta maupun Tangerang Selatan bahkan Banten. Gerakan Tari Cokek Sumber gambar Dalam hal gerakan, banyak kesan negatif yang diberikan kepada tari Cokek. Namun sudah banyak para seniman berusaha untuk menjadikan gerakan yang dilakukan para penari untuk lebih dinamis lagi dan tidak dipandang sebelah mata. Salah satu gerakan yang menjadi inti poinnya adalah gerakan maju mundur, memutar, berjinjit serta menggelengkan kepala sambil memainkan kelentikan kedua tangan hingga si penari berputar-putar. Gerakan berputar – putar tersebut disesuaikan dengan alunan musik yang membersamainya, yakni Gambang Kromong. Fungsi dan Makna Sumber gambar Sejak dulu, tari Cokek ini dianggap sebagai tarian hiburan bagi masyarakat lokal. Selain itu juga dimaksudkan sebagai upaya untuk menjaga kebersihan hati di lingkungan masyarakat. Namun, lambat laun untuk tetap terjaga dan melestarikan tarian ini, akhirnya tari Cokek dijadikan sebagai Tari Selamat Datang atau upacara penyambutan tamu. Kostum dan Properti Untuk mendukung pementasan dari tari Cokek ini, maka didukunglah dengan penggunaan kostum yakni baju kurung dan celana panjang sutra. a. Baju Kurung Sumber gambar Di masyarakat Betawi, baju kurung bentuknya menyerupai busana atasan yang lengannya panjang. Baju kurung ini biasanya terdiri dari ragam warna yang mencolok yakni seperti warna hijau, merah, kuning maupun ungu atau bisa juga dengan polosan saja. Kain pembuatan baju ini adalah kain sutra. b. Celana Panjang Bahan Sutra Sumber gambar Selain memakai baju atasan, para penari juga menggunakan baju bawahan berupa celana panjang yang sengaja dibuat dari kain satin. Dinamakan sutra, karena kain ini memiliki efek glowing jika dipakaikan pada penari. Sehingga pada pementasan, kostum yang dipakai penari akan menjadi daya tarik untuk memikat para penonton. Hal ini tentu akan membuat para audience terhanyut dalam tari Cokek. Sebagai tambahan di bagian bawah celana panjang nantinya akan ditambah hiasan yang warnanya sesuai dengan celana. c. Selendang Sumber gambar sewabusanabetawi. Untuk propertinya sendiri, tarian ini sangat sederhana karena hanya membutuhkan selendang. Selendang yang diberi nama “Cokek” tersebut nantinya akan digunakan untuk mengundang para tamu agar ikut naik ke atas panggung. Hal tersebut serupa dengan Tari Jaipong asal Jawa Barat dan Tari Gandrung asal Banyuwangi. Penggunaan selendang oleh para penari Cokek ini yakni pemakain pada pinggang dan membiarkan dua bagian ujung sambil diuarikan ke bawah. Tata Rias sumber gambar Kemudian, sebagai tambahan para penari juga membuat rambutnya disisir rapi ke belakang. Kemudian ada juga para penari yang mengepang rambutnya dan disanggulkan dengan bentuk sanggul yang besar. Lalu, rambut penari ini dihias dengan tusuk konde yang akan selalu bergoyang manakala para penari bergerak melenggak-lenggok. Musik Pengiring Nah, pada ulasan sejarah terdapat pembahasan tentang instrumen musik yang sangat khas pada tarian Cokek. Lagu yang biasanya dibawakan oleh bagian musik pengiring yakni terdiri dari Gelatin Nguk-nguk, Cente Manis Dipatok Burung, Surilang Enjot-Enjotan. Untuk detail pembahasan alat musiknya, simak dibawah ini ya. a. Gambang Kromong Sumber gambar Bagi masyarakat Betawi, media bunyi untuk menyalurkan kesenian sebagai perwujudan ekspresi mereka adalah melalui gambang Kromong. Seni Gambang Kromong ini mulai dikenal oleh masyarakat kurang lebih sekitar tahun 1930-an pada kalangan warga Tionghoa Peranakan atau biasa disebut Cina Benteng dilansir dari berita di Awalnya, seni musik ini hanya diberi nama Gambang. Namun, ketika memasuki periode awal abad ke-20, istilah penyebutannya ditambahkan Kromong. Hal ini dikarenakan tambahan instrumen bernama Kromong. Orang yang menjadi pionir dan memprakarsai Gambang Kromong India adalah Mie Hoe Kong. Gambang Kromong ini difungsikan sebagai penyemarak upacara adat untuk bagian kehidupan seseorang seperti halnya perkawinan, sunatan bahkan nazar. Untuk pementasannya sendiri, Gambang Kromong biasa mengiringi pertunjukkan tari cokek, lenong, dan hiburan khas Betawi lainnya. Sedangkan komposisi para pemain Gambang Kromong ini yakni terdiri dari pemimpin dan panjak alias pemain yang terdiri dari 8 – 25 orang. Pemimpin ini bertugas untuk menjalankan koordinasi dengan anggota, memilih penanggap, menentukan harga pentas, dan memutuskan tarif upah bagi pemain. Tarif yang diberikan kepada pemain akan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki. Uniknya, pemimpin dalam Gambang Kromong ini dapat sekaligus merangkap sebagai pemilik, anak maupun kerabat yang memang sudah diberikan wewenang untuk menjalankan tugas. Para panjak atau pemain sendiri dapat disesuaikan jumlahnya berdasarkan jenis musik yang dibawakan dan jumlah total pesanan penanggap. Beberapa peranan panjak terdiri dari panjak gambang, panjak kromong, panjak teh-hian, panjak kong-a-hian, panjak su-kong, panjak gong dan kempul, panjak gong enam, panjak ningnong, panjak kecrek, panjak bangsing, terompet, organ, gitar melodi, bas elektrik, drum, penyanyi dan penari. Keahlian yang dimiliki oleh para pemain panjak dapat diperoleh melalui beberapa cara. Pertama, belajar kepada generasi panjak sebelumnya yang memang sudah berpengalaman dalam kesenian khas Betawi ini. Kedua, bisa magang ke beberapa sanggar seni. Sebagai seorang Panjak, mereka dapat menampilkan dan bermain di mana saja. Bisa lewat cara ngamen bersama group, asalkan aturan mainnya tetap dijalankan. Yakni tidak memberatkan group yang lainnya ketika ngamen. b. Suling Sumber gambar Alat musik pengiring yang kedua adalah dengan menggunakan suling. Suling merupakan jenis alat musik yang dibuat dari kayu atau bambu. Hanya saja, seiring dengan bertambahnya zaman, suling modern bisa juga dibuat dari perak, emas atau kombinasi antar keduanya sehingga bisa dimainkan oleh para ahli. Ada juga suling yang dibuat dari nikel-perak atau sejenis logam dan dilapisi perak. Suling jenis ini biasa digunakan untuk para pelajar juga. Suara yang dihasilkan dari suling ini memiliki ciri khas yang lembut dan dapat dikombinasikan dengan alat musik jenis apapun. Cara memainkannya sangat mudah yakni cukup dengan meniup lubang yang sudah ada di suling sambil membuka lubang yang lainnya sesuai dengan nada yang akan dimainkan. c. Gong Sumber gambar Gong biasa dikenal sebagai alat musik khas Jawa. Nyatanya gong juga merupakan salah satu alat musik Betawi yang seringkali dipakai dalam pementasan kesenian Betawi. Jangan heran, gong ini juga sudah terkenal sampai wilayah Asia Tenggara sampai Asia Timur. Cara memainkan alat musik ini sendiri yakni dengan memakai alat lain untuk memukul gong yang sengaja dibalut dari kain tebal. Hal ini sangat berguna untuk memberikan proteksi pada kondisi fisik Gong. Selain itu, suara yang dihasilkan dari getaran yang ditimbulkan akan berbeda antara pemukul yang dibalut dengan kain dan pemukul tanpa kain. d. Gendang Sumber gambar Gendhang adalah alat musik yang asal muasalnya dari Jawa Tengah dan Jawa Barat dan difungsikan sebagai pengatur irama. Gendhang ini terdiri dari bermacam-macam jenis yakni Gendhang Kecil alias Ketipung. Untuk yang level Medium disebut sebagai Kebar atau Kendang Ciblon. Cara memainkannya sangat sederhana. Para pemain hanya perlu memukul gendang tersebut secara bergantian dengan ritem yang teratur. Suara yang aneh akan timbul manakala kedua bagian pada Gendhang tersebut dipukul secara bersamaan. e. Kecrek Sumber gambar Berbeda halnya dengan Gong dan Suling, Kecrek merupakan jenis alat musik yang seringkali digunakan sebagai alat musik dalam bidang seni perdalangan. Hal ini dijadikan sebagai kode dalam memberi isyarat maupun gerak sikap pada wayang. kecrek juga bisa digunakan sebagai penghias irama pada lagu yang dibawakan. Bila dimainkan, maka akan muncul suara crek, crek. Di Jakarta sendiri, kecrek juga merupakan salah satu alat musik yang dimasukkan dalam kesenian orkes musik Gambang Kromong Jakarta. Cara memainkannya terbilang mudah. Anda hanya harus memainkan kecrek dengan cara memukul alat musik tersebut menggunakan alat lainnya yang dijuluki cempala. Namun, untuk pementasan pada wayang Kecrek sendiri, alat musik ini dimainkan dengan cara ditekan menggunakan telapak kaki. Untuk memainkan Kecrek adalah dengan memukul alat tersebut dengan alat lainnya yang disebut cempala. Namun, biasanya bila dalam pertunjukan wayang Kecrek ditekan oleh telapak kaki. f. Sukong Sumber gambar Berdasarkan cara memainkan dan bentuknya, sukong memang masuk dalam kategori alat musik menyerupai rebab yang berasal dari Arab. Namun, ukuran Sukong sendiri terbilang lebih kecil dan hanya memiliki dua untai pada dawai. Cara memainkan sukong adalah dengan cara digesek. Untuk bagian badan sukong sendiri, alat ini dibuat dari batok kelapa. Untuk busurnya, sengaja dibuat dari batang pohon dan bersifat elastis. Rambut yang digunakan dalam busur di sukong sendiri biasanya menggunakan rambut ekor kuda jantan yang warnanya seperti putih keemasan. Selain mengiringi pementasan tari cokek, alat musik jenis ini juga digunakan untuk membersamai pementasan Tari Ondel-ondel dan pertunjukkan lenong. Alat musik ini difungsikan sebagai melodi. Sukong sendiri mampu menghasilkan irama dari lagu-lagu populer Betawi seperti Kincir-kincir dan Jali-jali. Walaupun Sukong ini merupakan alat musik yang muncul akibat budaya Betawi yang plural, alangkah baiknya Sukong juga tetap dilestarikan dan dijaga keberadaannya. Pasalnya, menurut beberapa catatan sejarah sukong menjadi salah satu alat musik yang dikategorikan langka. g. Tehyan Sumber gambar Tehyan merupakan alat musik gesek yang sengaja dibuat dari kayu jati. Tehyan juga memiliki tabung resonansi yang dibuat dari batok kelapa dan dilengkapi dengan senar. Suara yang dihasilkan oleh Tehyan adalah berupa nada – nada yang tinggi. Alat musik Betawi satu ini adalah hasil akulturasi dari budaya Betawi dan Tionghoa pada abad ke-18. Tehyan juga bisa dikombinasikan dengan alat musik lainnya seperti tanjidor. Selain digunakan sebagai instrumen tambahan pada tari cokek, tehyan juga bisa digunakan saat acara pernikahan, perayaan bahkan pemakaman. h. Kongahyan Sumber gambar ; Hati – hati saat pelafalan alat musik ini. Karena namanya hampir serupa dengan Tehyan. Nyatanya, Kogahyan merupakan alat musik gesek yang sangat mirip dengan rebab dan biasa ditemukan di Jawa, Bali, Sunda. Hanya saja, ukuran dari Kongahyan terlihat lebih kecil daripada tehyan dan sukong. Alat musik ini sering digunakan sebagai tambahan dalam pementasan kebudayaan pada beberapa suku di daerah tersebut. Pertunjukkan Sumber gambar Dalam pementasannya, tari Cokek diawali dengan alunan musik yang juga disebut sebagai wawayangan. Wawayangan ini dihasilkan dari alunan Gambang Kromong sebagai step eprtama penari untuk tergabung ke dalam panggung. Pada mulanya, para penari menggerakkan diri secara maju mundur dengan bergantian. Kemudian, para penari merentangkan tangan setinggi bahu penari mengikuti alunan musik. Kemudian, dilanjutkan dengan gerakan lain sampai mengajak para tamu untuk ikut larut dalam tarian dengan cara mengalungkan selendang pada leher tamu. Biasanya, tamu yang mendapat giliran pertama untuk dikalungkan selendang pada lehernya adalah para tamu terhormat. Kemudian dilanjutkan pada para tamu undangan lainnya yang mau diajak menari. a. Penempatan Panggung Pada pertunjukkan tari Cokek, panggung akan disetting agar bisa menjadi lebar dan luas. Sehingga wilayah atau gedung yang akan dijadikan panggung harus bisa diisi oleh banyak orang saat pementasan. Hal ini sangat penting, karena tari Cokek nantinya tidak hanya diisi oleh penari melainkan juga diisi oleh para penonton. Aktifitas ini biasa dikenal oleh warga Betawi dengan sebutan ngibing. Untuk pemain yang mengatur alunan Gambang Kromong, terdapat 7 orang, dan posisinya sering ada di bagian belakang atau sebelah panggung dengan duduk berkelompok. Sementara para penarinya yang bisa terdiri dari 5 sd 10 wanita berjajar di atas panggung mengikuti setiap ritme dan irama yang dibawakan para pemusik. Tarian yang juga disebut dengan julukan tarian Tangeran – Tanggerani ini juga dibawakan oleh laki – laki dan perempuan secara berpasang – pasangan. Pasangan ini diambil setelah melakukan aktivitas ngibing tadi. Hanya saja walaupun pasangan ini menari dengan jarak yang cukup dekat, namun tidak diperbolehkan adanya kontak fisik atau saling bersentuhan. Jika wilayah areal panggung luas, biasanya ada gerakan memutar pada lingkaran besar yang dilakukan oleh pasangan penari. Tarian khas Tangerang ini dikenal dengan budaya etnik Chinanya. Pertunjukkan tarian cokek ini sendiri juga dibilang serupa dengan sintren Yanga da di Cirebon maupun adanya ronggeng di Jawa Tengah. b. Jumlah Penari Pada mulanya, tarian ini dibawakan hanya 3 penari saja. Namun seiring dengan berkembangnya zaman, komposisi para penari Cokek, terdiri dari 5 – 10 kelompok wanita yang berjajar di atas panggung sambil terikut dalam ritme irama yang dihasilkan dari iringan musik. Pesan Moral Sumber gambar Ternyata, terdapat pesan moral dalam setiap gerakan yang dilakukan oleh penari Cokek dalam pementasan. Simak ringkasan sederhana pesan moral yang ingin disampaikan di bawah ini. a. Gerakan Tangan Keatas Ketika penari melakukan gerakan tangan ke atas, hal ini menunjukkan kepada para audience bahwa sebagai manusia kita hanya menggantungkan dan memohon terkabulnya harapan kepada Tuhan yang Maha Kuasa. b. Gerakan Tangan Menunjuk Kening Pada gerakan tangan yang selalu menunjuk kening, hal ini menjadi sebuah harapan bagi semua elemen masyarakat untuk selalu berfikiran baik dan tidak berprasangka buruk terhadap hal apapun. Karena berprasangka buruk terhadap sesuatu apapun tak mendapatkan kebaikan sama sekali. Terutama hal ini sangat dibenci oleh sang Pencipta. c. Gerakan Tangan Menutup Mulut Gerakan tangan menutup mulut menjadi pesan kepada masyarakat bahwa manusia harus senantiasa berkata baik. Apabla tidak dapat berkata baik, maka sebaiknya manusia bisa untuk memilih diam. d. Gerakan Tangan Menunjuk Mata Ketika penari melakukan gerakan tangan sambil menunjuk mata, hal ini menjadi simbol bahwasannya sebagai manusia harus selalu menjaga penglihatan dari hal hal yang buruk. Hal ini juga merupakan bentuk rasa syukur terhadap Pencipta kita karena memanfaatkan anugerah mata yang diberikan dengan maksimal. Pelestarian Tari Cokek Sumber gambar a. Acara Kemasyarakatan Betawi Dalam penjagaan dan pelestarian budaya tari Cokek ini sendiri, masyarakat Betawi berinsiatif untuk mengadakan adanya acara kemasyarakatan yang juga akan mementaskan seni tari tradisional Betawi. Hal ini dimaksudkan agar generasi muda tak melupakan budaya Betawi asli. b. Acara Budaya Lokal maupun Internasional Selain mementaskan tarian pada acara kemasyarakatan Betawi, tari Cokek juga dapat dipertontonkan lewat acara budaya lokal yang diadakan negara sendiri atau bahkan internasional. Untuk wilayah Internasional sendiri, biasanya tari Cokek asal daerah ibukota ini juga dibarengkan dengan tarian adat provinsi lainnya. Demikian ulasan mengenai tari Cokek. Jangan lupa juga simak tarian betawi lainnya, seperti tari yapong, tari ondel-ondel, tari Topeng Betawi hingga tari sirih kuning. Semoga dengan adanya pembahasan sederhana ini dapat memberikan keyakinan kepada generasi muda untuk selalu bangga dan senantiasa mengharumkan citra bangsa. Pun sebagai motivasi agar para pemuda dapat senantiasa menjaga dan melestarikan kebudayaan tari cokek ini dimanapun generasi itu berada. Jangan lupa simak ulasan tarian adat yang lain ya!
Keunikan gerak tari tradisional di Indonesia memang tidak ada habisnya. Hal tersebut karena negeri ini terdiri dari banyak suku, adat, dan etnis yang sangat kaya. Berbagai keunikan gerak tari tradisional tersebut berbeda berdasarkan adat dan kebudayaan setempat. Perbedaan tersebut dipicu dari masing-masing wilayah geografis, interaksi budaya, serta faktor-faktor antarruang lainnya. Beberapa contoh dari berbagai keunikan gerak tari tradisional di Indonesia dapat kita amati pada tabel di bawah ini. No. Nama dan Asal Tari Tradisional Deskripsi Keunikan Gerak Tari Tradisional 1. Tari Kecak dari Bali Tari bali menggerakan bola matanya ke kanan ke kiri secara cepat, ekspresi tari dapat terwakili melalui gerakan mata tersebut. 2. Tari Gendhing Sriwijaya dari Sumatera Selatan Keunikan dan kekhasan gerakan lentikan jari-jari tangan merupakan kekuatan utama dari Taian ini. 3. Tarian Pagelu dari Sulawesi Selatan Memiliki ciri khas gerak dengan kaki yang tertahan pada lantai. 4. Tari Jawa gaya Surakarta maupun Yogyakarta Bentuk-bentuk jari tangan digerakkan sedemikian rupa agar dapat mencirikan dan membentuk karakter tari. Misalnya karakter gagah atau justru karakter yang lembut. 5. Tari Tradisi dari Papua Kaki penari cenderung bergerak secara ritmis dan sangat dinamis. 6. Tarian suku Dayak dari Kalimantan Memiliki gerak unik yang menyelipkan bulu burung enggang yang diselipkan di jari-jari tangannya. Sebetulnya apa yang membuat suatu gerak tari menjadi unik? Motif gerak merupakan salah satu keunikan pada tari. Apa itu motif gerak? Motif gerak adalah satuan pola atau corak terkecil pada tari yang di dalamnya terdapat kapabilitas untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi ragam gerak tertentu atau bahkan wujud utama dari gerak tari itu sendiri. Motif gerak ini dapat dilihat pada gerak tangan, gerak kaki, gerak kepala, atau gerak anggota tubuh lainnya. Contohnya adalah keunikan gerak kaki secara ritmis dan dinamis seperti pada tari daerah yang berasal dari Papua. Sementara itu tari daerah Sulawesi Selatan yakni Pagelu memiliki keunikan gerak dengan kaki yang tertahan pada lantai. Selain kaki, keunikan gerak pada mata dapat dijumpai pada tari Bali dengan gerakan bola mata ke kanan dan ke kiri secara cepat yang sangat mewakili ekspresi tar. Selanjutnya, keunikan motif gerak pada jari-jari tangan dapat dijumpai pada tari Gendhing Sriwijaya. Lentikan jari-jari tangan merupakan kekuatan utama dari tari Gendhing Sriwijaya. Pada tari Minang juga dapat dijumpai keunikan gerakan tangan yang kuat, terkadang mengalun tetapi terkadang patah-patah. Motif gerak Minang banyak dipengaruhi oleh motif gerak pencak silat. Keunikan gerak pada tangan juga dapat ditemukan pada tari Jawa gaya Surakarta maupun Yogyakarta. Bentuk-bentuk jari tangan mencirikan karakter tari misalnya karakter gagah atau halus. Keunikan pada gerak jari tangan juga dijumpai pada tarian Dayak melalui bulu-bulu burung enggang yang diselipkan pada jari-jari tangan. Selain motif, keunikan gerak juga dapat dilihat dari ragam. Ragam gerak adalah kumpulan dari beberapa motif. Pada ragam ”meniti batang” pada tari melayu misalnya, ada koordinasi antara motif gerak kaki, tangan, dan juga badan. Setiap tari tradisional di Indonesia maupun mancanegara memiliki keunikan motif dan ragam gerak yang menjadi ciri khas untuk tarian tersebut. Namun demikian, melakukan ragam gerak tradisional haruslah sesuai dengan kaidah yang berlaku dan sesuai tarian berasal. Untuk itu, kita juga harus mempelajari seperti apa jenis penyajian tradisi yang biasa dilakukan agar memahami dengan baik kaidah suatu tarian dengan lebih baik. Jenis Penyajian Tari Tradisi Jenis penyajian atau pertunjukan tari tradisi dilihat dari cara penyajiannya dapat dibedakan menjadi tari tunggal, tari berpasangan, tari berkelompok, dramatari, dan tari bertema Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 63. 1. Tari Tunggal Tari tunggal adalah tarian yang memang dibawakan hanya oleh satu orang saja. Contoh tari tradisi yang disajikan secara tunggal adalah tari Topeng Ronggeng dari Betawi. 2. Tari Berpasangan Tari berpasangan adalah tarian yang dilakukan oleh dua orang, baik laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan, maupun laki-laki dengan perempuan. Tentunya tari berpasangan akan mengharuskan kita untuk memperhatikan prinsip lain di luar prinsip tari itu sendiri karena melibatkan lebih dari satu orang. Menurut Tim Kemdikbud 2017, hlm. 73 Prinsip pada tari berpasangan antara lain adalah sebagai berikut adanya gerakan saling mengisi, adanya gerakan saling interaksi, dan merupakan kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dalam penyajian. Contoh tari tradisi yang dilakukan secara adalah tari Payung dari Sumatra Barat yang diciptakan oleh Huriah Adam. 3. Tarian Berkelompok Tari berkelompok adalah tarian yang dilakukan oleh laki-laki, perempuan, atau campuran antara laki-laki dengan perempuan. Tarian berkelompok ini sering dijumpai pada panggung-panggung pagelaran atau pertunjukan tari. Contoh tari berkelompok misalnya tari Cente Manis dari Betawi, Burung Enggang dari Kalimantan, Tifa dari Papau, Yosim Pancer dari Papua, dan tari Belibis dari Bali. 4. Dramatari Drama tari adalah bentuk penyajian tari yang memiliki desain dramatik. Ada dua desain dramatik yaitu kerucut tunggal dan kerucut ganda. Desain dramatik kerucut tunggal artinya dalam satu pertunjukan tari hanya ada titik klimaks kemudian menurun. Desain dramatik kerucut ganda adalah pertunjukan dramatari yang memiliki beberapa klimaks sebelum akhirnya turun. Contoh paling terkenal dari dramatari adalah cerita Matah Ati yang bersumber pada gerak tari gaya Mangkunegaran. Dramatari Matah Ati merupakan bentuk tradisi yang bersumber pada tari tradisi Jawa Tengah. Pada peragaan dramatari selain menguasai aspek gerak kita juga harus mampu menguasai aspek lain seperti aspek ekspresi. Untuk mendukung cerita kita harus mampu menerjemahkan naskah lakon drama menjadi gerak tari. Kemampuan menyanyi juga diperlukan untuk tokoh-tokoh tertentu, karena dalam dramatari, dialog biasanya dilakukan dengan cara menyanyi. Jika pementasan drama lebih menekankan pada aspek dialog atau monolog, maka dibutuhkan aspek penting lainnya, yakni bahasa gerak. Penari harus mampu menyampaikan makna atau pesan yang ingin disampaikan oleh dialog atau monolog melalui gerak tari dan ekspresi. Tari bertema dapat dijumpai hampir disemua jenis penyajian tari, baik tari tunggal, tari berpasangan, tari berkelompok maupun tari bercerita. Tema pada tari adalah ide yang kemudian diwujudkan dalam bentuk judul tari dan pada akhirnya diekspresikan atau disampaikan melalui gerak. Unsur Pendukung Tari Penyajian tari tradisi baik dalam bentuk tunggal, berpasangan, berkelompok maupun drama tari memerlukan unsur pendukung tari antara lain tata rias dan tata busana. Tata rias dan tata busana memiliki peran penting pada pementasan untuk mendukung karakter tari yang hendak disampaikan atau dipertunjukkan. Misalnya, pada dramatari unsur pendukung tari dalam bentuk tata rias dan tata busana memiliki peran penting karena dapat menunjukkan tokoh dan karakter dapat divisualisasikan. Setiap tokoh memiliki keunikan dan kekhasan dari tata rias dan tata busananya. Tari-tarian tradisi di Indonesia duga tidak lepas dari keunikan unsur pendukungnya. Tari Indonesia memiliki kekayaan keunikan tata rias dan tata busana karena setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Keunikan tersebut membuat kita dapat menebak dari mana tari itu berasal berdasarkan tata rias dan tata busananya saja. Setiap tari yang berbeda akan memiliki tata rias dan tata busana tersendiri. Tata rias dan tata busana juga berkaitan dengan tema tari dan karakter tari yang dibawakan. Selain itu, tata rias dan tata busana untuk penari pria berbeda dengan penari wanita. Perbedaan tersebut juga berlaku untuk semua jenis tari yang berbeda. Tata rias dan tata busana tari tradisi biasanya masih tetap berpijak pada tata rias dan tata busana tradisional. Oleh karena itu, tata busana yang digunakan juga akan mengikuti tradisi atau budaya setempat. Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan identitas pengembangan gerak yang dilakukan sesuai dengan daerahnya. Melalui tata rias dan tata busana yang dikenakan oleh para penanti, penonton akan mengetahui dari daerah mana gerak tari tradisi itu dikembangkan. Berlatih Meragakan Gerak Tari Tradisi dengan Hitungan Berikut adalah beberapa gerak tradisi yang telah dikembangkan atau disesuaikan untuk latihan. Berlatihlah dengan melakukan seperti pada gambar yang dilengkapi instruksi lebih lanjut di bawah ini. Gunakan hitungan untuk mengiringi, namun Jika telah mampu melakukan dengan hitungan dapat dicoba menggunakan musik iringan pula. Berlatih Meragakan Gerak Tari Tradisi dengan Iringan Berikut adalah beberapa ragam gerak tari tradisi yang dapat dilakukan dengan menggunakan iringan musik. Referensi Tim Kemdikbud. 2017. Seni Budaya VIII. Jakarta Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Tari Betawi – Sepertinya, pernyataan tentang betapa beragamnya kebudayaan baik itu kesenian maupun adat istiadat di seluruh wilayah Indonesia, sudah diketahui oleh semua orang. Dari dari Sabang sampai Merauke ini, jumlah kebudayaannya tidak bisa dihitung dengan jari begitu saja, sebab saking banyaknya. Bahkan tak jarang, dalam suatu provinsi saja memiliki kebudayaan baik itu berupa kesenian maupun adat istiadat yang berbeda-beda. Keren sekali kan negara kita ini! Salah satu kebudayaan yang hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat dan pemerintah adalah kesenian berwujud Tari Betawi. Yap, sesuai dengan namanya maka tentu saja Tari Betawi ini berasal dari suku Betawi yang dominan tinggal di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sama halnya dengan kesenian dari suku-suku etnis lain yang menyebar di wilayah Indonesia, Tari Betawi pun masih eksis diperagakan oleh masyarakat sekitar terutama untuk tujuan belajar dan pertunjukan seni. Lantas, apa saja sih jenis-jenis Tari Betawi yang hingga kini masih eksis tersebut? Bagaimana pula sejarah hingga ragam corak pakaian yang digunakan oleh masing-masing Tari Betawi yang ternyata jumlahnya ada belasan ini? Nah, supaya Grameds semakin cinta dengan budaya Indonesia, yuk simak ulasannya berikut ini! 15+ Jenis Tari Betawi1. Tari Kembang Lambang Sari2. Tari Nandak Ganjen3. Tari Cokek4. Tari Topeng Betawi5. Tari Gitek Balen6. Tari Zapin Betawi7. Tari Lenggang Nyai8. Tari Ronggeng Blantek9. Tari Sembah Nyai10. Tari Renggong Manis11. Tari Samra12. Tari Ngarojeng13. Tari Yapong14. Tari Sirih Kuning15. Tari Ondel-Ondel 15+ Jenis Tari Betawi 1. Tari Kembang Lambang Sari Tari Betawi yang pertama adalah Tari Kembang Lambang Sari. Dilansir dari tari tradisional yang satu berisikan ekspresi kegembiraan orang tua yang mengasuh anak, dengan cara bernyanyi dan menari. Sebenarnya, tari ini adalah kreasi baru yang diciptakan oleh seniman Wiwiek Widiastuti dan terinspirasi dari teater Topeng Betawi berjudul Bapak Jantuk. Bahkan, pola tarian dari Tari Betawi ini pun berupa transformasi pantun bertutur yang selalu dibawakan dalam teater khas tersebut. Bagi masyarakat Betawi, cerita tentang Bapak Jantuk ini menjadi kisah turun-temurun tentang kehebatan sosok Ayah yang bahagia ketika mengasuh anaknya. Ketika mengasuh, Bapak Jantuk akan selalu berbalas pantun dengan istrinya. Nah, dari dialog-dialog itulah yang menjadi inspirasi terwujudnya Tari Kembang Lambang Sari ini. Ketika dipraktikkan, nantinya akan ada sejumlah penari perempuan berjumlah ganjil dengan gerakan lemah gemulai dan lincah mengikuti iringan musik. Kostum yang digunakan berupa kebaya tiga pola dan bawahan kain batik khas Betawi. Untuk alat musik pengiring biasanya akan menggunakan gamelan topeng, sepasang gendang, sebuah kempul yang digantungkan, kecrek, dan gong angkong. 2. Tari Nandak Ganjen Dalam Bahasa Betawi, kata “Nandak” berarti menari’ dan “Ganjen” berarti genit’. Sederhananya, tari tradisional ini menceritakan tentang seorang gadis ABG yang masuk memasuki usia dewasa. Grameds pasti tahu dong jika masa ABG alias remaja adalah waktu peralihan usia yang mana dominan dengan sifat memberontak. Itulah mengapa, Tari Nandak Ganjen ini menjadi ungkapan sukacita atas kebebasan yang dirasakan oleh kaum muda, terutama gadis ABG. Tari Betawi yang satu ini dikreasikan oleh Sukirman atau yang akrab disapa Entong Kisam. Beliau menciptakan tari ini setelah mendapatkan inspirasi dari sebuah pantun lama Betawi yang berbunyi, “Buah cempaka buah durian, sambil nandak cari perhatian…” Pakaian yang digunakan oleh penari Nandak Ganjen ini berupa kebaya dengan pola tiga warna yakni kuning, hijau, dan merah. Para penari juga akan mengenakan ikat pinggang “pending” berwarna emas dan selendang. Rambutnya pun akan dikonde dan diberi hiasan kepala seperti sumpit berwarna emas. Hal tersebut karena jenis Tari Betawi ini adalah hasil akulturasi antara budaya Tionghoa dengan Betawi. 3. Tari Cokek Jika Grameds pernah menonton pertunjukan Tari Betawi yang satu ini, pasti akan merasa heran karena make up penarinya begitu putih dan tebal. Hal tersebut karena Tari Cokek memanglah diwarnai dengan budaya Tionghoa yang ada sejak abad ke-19. Tarian ini biasanya dipertunjukkan untuk mengiringi tarian lainnya, seperti Tari Sembah Nyai, Tari Sirih Kuning dan lainnya. Sedikit trivia saja nih, tarian tradisional ini identik dengan keerotisan penarinya. Itulah mengapa, jika diperhatikan secara seksama tarian ini hampir mirip dengan Tari Ronggeng Jawa Tengah dan Tari Sintren Cirebon yang sama-sama mengajak penonton untuk ikut menari bersama. Nantinya, penari akan membelitkan selendangnya pada salah satu penonton dan penonton tidak boleh menolak ajakan menari bersama itu. Awal diperkenalkannya Tari Cokek ke masyarakat, hanya dipentaskan oleh tiga penari perempuan saja. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, ada sepasang penari perempuan dan laki-laki yang menarikan tarian ini. Untuk pakaian yang dikenakan biasanya berupa baju kurung dan celana panjang berbahan sutra. 4. Tari Topeng Betawi Sejarah awal terciptanya Tari Betawi ini adalah adanya ide dari 2 seniman bernama Mak Kinong dan Kong Djieon pada tahun 1930. Dilansir dari Konon, tarian tradisional ini lahir setelah mendapatkan inspirasi dari Tari Topeng Cirebon yang sudah ditampilkan oleh para seniman jalanan. Bahkan dasar pola gerakan dalam tarian ini pun hampir sama dengan Tari Topeng Cirebon. Setelah itu, tarian ini dipercaya menjadi tarian tolak bala sehingga kerap dipertunjukkan di berbagai acara kesenian hingga hajatan masyarakat setempat. Sesuai dengan namanya, maka tarian ini akan menggunakan topeng kayu sebagai alat utamanya sebagai penutup wajah. Topeng tersebut ternyata tidak memiliki tali yang diikatkan di kepala lho… sehingga para penari akan mengenakannya dengan cara digigit. Topeng tersebut berbentuk layaknya wajah manusia, dengan adanya mata tertutup, hidung mancung, dan bibir berwarna merah. Uniknya, pertunjukan Tari Topeng ini memiliki tema yang variatif. Mulai dari cerita legenda, kehidupan manusia, hingga kritik sosial. Untuk alat musik pengiringnya, biasanya akan menggunakan rebab, kecrek, kromong tiga, gong buyung, hingga gendang berukuran besar. 5. Tari Gitek Balen Tari Betawi yang selanjutnya adalah Tari Gitek Balen, menceritakan tentang seorang gadis remaja yang hendak memasuki usia dewasa. Itulah mengapa, gerakannya begitu lincah karena menandakan gadis remaja yang masih dalam usia pubertas. Dalam bahasa Betawi, kata “Gitek” berarti goyang’, sementara kata “Belen” berarti pola pukulan yang ada pada gamelan Betawi’. 6. Tari Zapin Betawi Sesuai dengan namanya, Tari Betawi yang satu ini tentu saja berbeda dengan Tari Zapin Melayu ya… Dilansir dari keberadaan Tari Zapin Betawi ini lebih dominan akan perpaduan budaya Arab dan Betawi. Dalam bahasa Arab, kata “Zapin” berarti menari’ atau gerakan kaki’. Bahkan menurut sejarah, tari tradisional yang satu ini pertama kali dibawa oleh para pedagang Arab asal Yaman alias kaum hadhrami. Dalam perkembangannya pun, Tari Betawi ini menjadi media untuk menyebarkan agama Islam terutama bagi masyarakat suku Betawi. Berhubung Tari Zapin Betawi ini adalah jenis tarian pergaulan, maka menggambarkan akan bagaimana pergaulan yang terjadi antarwarga dengan perasaan gembira. Jadi, ketika membawakan tarian ini, harus dilakukan secara gembira karena berfungsi pula sebagai hiburan. 7. Tari Lenggang Nyai Apakah Grameds tahu bahwa Tari Betawi yang satu ini ternyata menjadi simbol perjuangan para perempuan Betawi, khususnya Nyai Dasimah? Yap, nama tarian ini berasal dari kata “Lenggang” yang artinya melenggak-lenggok’, sedangkan kata “Nyai” yang merupakan panggilan untuk wanita dewasa. Tarian ini diciptakan oleh seniman Wiwik Widiastuti. Nyai Dasimah selaku sosok inspirasi dari terciptanya tari tradisional ini merupakan seorang gadis Betawi yang berwajah cantik. Kala itu, dirinya bingung untuk menentukan pasangan hidup antara pria berkebangsaan Indonesia atau pria berkebangsaan Belanda. Setelah berpikir untuk waktu yang cukup lama, Nyai Dasimah pun memilih menikahi pria berkebangsaan Belanda bernama Edward William itu. Sayangnya, setelah pernikahan berlangsung, Edward justru memberi banyak aturan yang mengekang Nyai Dasimah. Akhirnya, Nyai Dasimah memberontak dan memperjuangkan hak kebebasannya sebagai wanita. Nantinya, tarian ini dibawakan oleh penari perempuan berjumlah 4-6 orang dengan menarikan pola lantai. Uniknya, akan ada beberapa gerakan yang menggambarkan betapa bingungnya Nyai Dasimah ketika hendak menentukan pasangan hidupnya. Nah, keberadaan Tari Betawi yang satu ini disinyalir memiliki 2 nilai yakni nilai estetika dan nilai moral. Tak luput pula adanya sentuhan budaya China dalam unsur-unsurnya. 8. Tari Ronggeng Blantek Tari Betawi yang diciptakan oleh seniman Wiwik Widiastuti ini sebenarnya adalah bentuk pengembangan dari Tari Topeng Blantek. Bahkan nama “Blantek” pada tarian ini pun berasal dari peralatan musik pengiring pada Topeng Blantek yang berbunyi “blang-blang” dan “tek-tek”. Tarian ini menggambarkan sosok perempuan Betawi yang berparas cantik, rendah hati, dan ramah. Itulah mengapa, tari kreasi ini begitu mudahnya diterima di semua lapisan masyarakat Betawi. Dilansir dari kemunculan Tari Ronggeng Blantek ini sebenarnya berkaitan dengan proyek Pengembangan Kesenian Betawi yang saat itu diadakan oleh pemerintah DKI Jakarta sejak tahun 1970. Mengingat pada tahun tersebut, masyarakat sudah mengenal modernisasi dan kesenian tradisional Betawi pun menjadi semakin tersingkirkan. Nah, melalui proyek itulah pihak pemerintah bertujuan untuk membangkitkan kembali kesadaran masyarakat akan kebudayaan Betawi. Pada tahun 1987 lalu, tarian ini berhasil memperoleh penghargaan di berbagai ajang pertunjukan tari, baik di tingkat nasional maupun internasional. Salah satunya adalah penghargaan Tempio de Oro di Italia, yang berlangsung dengan diikuti oleh sejumlah 35 negara di seluruh dunia. 9. Tari Sembah Nyai Tari Betawi selanjutnya adalah Tari Sembah Nyai yang diciptakan oleh Dadi Djaja dan sering dipertunjukkan untuk menyambut tamu. Tarian ini berasal dari wilayah Betawi Tengah yang sekilas terlihat seperti Tari Sekapur Sirih. Menurut penciptaan tarian ini hampir sama dengan Tari Kembang Lambang Sari yang sama-sama terinspirasi dari kisah Bapak Jantuk. 10. Tari Renggong Manis Tari Renggong Manis ini ternyata merupakan hasil dari persilangan beberapa budaya, yakni Betawi, Arab, India, dan Cina Klasik. Mengingat bahwa letak Provinsi Jakarta itu tepat berada di Pelabuhan Sunda sebagai gerbang masuk wilayah Indonesia di masa lalu, tentunya persilangan budaya tersebut waja terjadi. Biasanya, pertunjukan Tari Betawi yang satu ini dilakukan untuk menyambut tamu di acara-acara resmi. Nantinya, pertunjukan tari ini akan diiringi dengan musik Gambang Kromong yang didominasi suara rebab dua dawai. Sementara pada kostumnya, warna dan motif kain lebih mencolok karena terpengaruh oleh budaya Cina. 11. Tari Samra Berbeda dengan Tari Betawi lainnya, pada Tari Samra ini justru hanya dipentaskan oleh penari laki-laki saja. Gerakan utamanya berupa gerakan silat yang ditampilkan lebih lembut tetapi tetap mematikan. Biasanya, akan diiringi pula oleh alunan musik Orkes Gambus dan dipertunjukkan ketika acara hajatan, pernikahan, maupun khitanan. 12. Tari Ngarojeng Tari Betawi selanjutnya adalah Tari Ngarojeng yang ternyata merupakan tari kreasi baru ciptaan Wiwiek Widiastuti. Dalam bahasa Betawi, istilah “ngarojeng” berasal dari kata “ngaronggeng ajeng”, sehingga dalam praktiknya pun diadaptasi dari musik Ajeng yang berupa musik tetabuhan. Biasanya, tarian ini akan digunakan untuk mengiringi upacara pernikahan dan berkembang di wilayah Betawi pinggiran. Sedikit trivia saja nih, musik Ajeng ternyata sangat mengungkapkan adanya kesabaran, kekuatan, dan ketegaran dalam menjalani hidup. Makna dari tarian ini adalah penggambaran kehidupan para perempuan Betawi di masa lalu, terutama dalam kemampuannya berumah tangga. 13. Tari Yapong Apakah Grameds tahu bahwa Tari Yapong ini ternyata tercipta setelah masa kemerdekaan Indonesia? Yap, tepatnya pada tahun 1977, seorang penari legendaris bernama Bagong Kusudiarjo berhasil menciptakan tarian kreasi ini ketika acara Peringatan Ulang Tahun DKI Jakarta ke-450. Melalui tari ini, Beliau mengangkat cerita akan perjuangan Pangeran Jayakarta. Meskipun tarian ini termasuk tari kreasi baru, tetapi gerakan-gerakannya telah didasarkan pada kebudayaan masyarakat Betawi. Bahkan pada awal pementasannya pun, ada sekitar kurang lebih 300 seniman yang ikut andil dalam tarian ini. Asal-usul penamaan tarian ini adalah dari musik pengiringnya yang berbunyi “ya…ya…ya…”, kemudian baru terdengar suara musik lanjutan berupa “pong…pong…pong…”. Sama halnya dengan tarian lain yang mendapatkan akulturasi dari budaya lain, pakaian penari pada Tari Yapong pun juga menggunakan motif naga berwarna merah sebagai bentuk adanya unsur budaya Tionghoa. 14. Tari Sirih Kuning Menurut sejarah, terciptanya Tari Sirih Kuning sebagai salah satu jenis tari Betawi adalah karena terinspirasi dari Tari Cokek sebagai tari pergaulan. Itulah mengapa, tarian ini dilakukan secara berpasangan antara penari laki-laki dan perempuan. Umumnya, tarian ini akan dipentaskan untuk menyambut tamu dan memeriahkan acara-acara khusus seperti pernikahan. Jika Grameds pernah melihat pertunjukan dari Tari Sirih Kuning ini, pasti sadar bahwa pakaian yang dikenakan oleh para penari berupa baju tradisional Tionghoa. Tidak hanya pada pakaiannya saja yang mendapatkan pengaruh budaya Tionghoa, tetapi juga pada aksesoris yang berupa tusuk konde, bunga, hingga cadar hiasan kepala. 15. Tari Ondel-Ondel Tari Betawi yang terakhir adalah Tari Ondel-Ondel yang begitu populer bahkan bagi masyarakat di luar suku Betawi. Sesuai dengan namanya, tarian ini tercipta setelah adanya inspirasi oleh boneka besar yang terbuat dari anyaman bambu. Yap, boneka ondel-ondel yang memiliki tinggi kurang lebih 2,5 meter dan diameter kurang lebih 0,8 meter ini merupakan salah satu bagian dari kebudayaan Betawi. Namun, tarian ini tidak menggunakan boneka ondel-ondel sebagai propertinya ya… Tari Ondel-Ondel adalah wujud penggambaran keceriaan dari seorang gadis yang sudah diperbolehkan mengikuti pesta, dimana pesta tersebut selalu dimeriahkan dengan adanya boneka ondel-ondel. Bagi sebagian besar masyarakat Betawi, keberadaan boneka ondel-ondel memang digunakan sebagai penolak bala. Sumber ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien