apayang mereka perbuat. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Oleh sebab itulah seseorang dituntut untuk beramal karena terkait dengan kewajiban dia membentuk keluarga yang Islami, sebab tidak akan terbentuk masyarakat yang
Apayang di ucapkan Yesus Ia buktikan ketika Ia berdoa bagi mereka yang menyalibkan dia. Lukas 23:34 menuliskannya Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. Ayat yang dituliskan diatas mengajak kita melihat kenapa kita harus
2334 Kemudian Yesus berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.” Lalu, para tentara melempar undi untuk membagi-bagi pakaian-Nya di antara mereka. 23:35 Orang banyak yang berdiri di sana menyaksikan semuanya, tetapi para pemimpin Yahudi mengejek Yesus sambil tertawa mengejek.
Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu, maka saya berkata“Jauhlah.Jauhlah orang-orang yang telah merubah-rubah sepeninggalku“ (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Al Fitan bab 1/6643) Imam Muslim dalam Al Fadlail bab 9/2291) kepada Allah. Kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang
Sebagaimanakisah Hana yang menangis di hadapan Tuhan supaya dia diberikan keturunan. 2. Mazmur 139: 13 'Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.” Saat membaca Mazmur 139: 13-18, kita diingatkan bahwa Tuhanlah yang merajut kehidupan seorang anak dalam rahim ibunya. Tidak ada yang kebetulan.
kasih yang mengampuni - Luk 23:34 “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” - kasih yang memulihkan - Yoh 19:26-27 “Ibu, inilah, anakmu!” dan “Inilah ibumu!”
Addcaption “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk 23:34) Ketika Yesus berada di kayu sa HUBUNGAN YANG BAHAGIA MEMBUTUHKAN KESEDIHAN Add caption Anthony yang terkasih, Dari caramu berbicara tentang pernikahan, aku pikir aku dapat berkata bahwa aku tak pernah melihat
Berikutadalah tujuh perkataan Yesus Kristus yang diucapkan-Nya saat berada di atas kayu salib : (1) "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Luk 23:34). Mereka yang menyalibkan Yesus sama sekali tidak menyadari apa yang mereka lakukan karena mereka tidak mengenali-Nya sebagai Mesias.
Apakah kamu beriman kepada sebagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar kepada sebagian yang lain? Tidakkah balasan bagi orang-orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat pedih, Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” [Al Baqarah/2 : 85].
Satudari tujuh perkataan Tuhan Yesus dikayu salib adalah “Ya Bapa ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. “Ya Bapa ampunilah mereka “, nerupakan sebuah perkataan yang begitu luar biasa, hebat, agung, mulia, tulus, nahkan penuh dengan nilai pengampunan. Perkataan ini begitu luar biasa bukan karena Tuhan Yesus
DGxPHJ.
23Yesus di hadapan Pilatus231-7Mat. 271-2, 11-14; Mrk. 151-5; Yoh. 1828-38 1Lalu bangkitlah seluruh sidang itu dan Yesus dibawa menghadap Pilatus. 2Di situ mereka mulai menuduh Dia, katanya ”Telah kedapatan oleh kami, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami, dan melarang membayar pajak kepada Kaisar, dan tentang diri-Nya Ia mengatakan, bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja.” 3Pilatus bertanya kepada-Nya ”Engkaukah raja orang Yahudi?” Jawab Yesus ”Engkau sendiri mengatakannya.” 4Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu ”Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada orang ini.” 5Tetapi mereka makin kuat mendesak, katanya ”Ia menghasut rakyat dengan ajaran-Nya di seluruh Yudea, Ia mulai di Galilea dan sudah sampai ke sini.” 6Ketika Pilatus mendengar itu ia bertanya, apakah orang itu seorang Galilea. 7Dan ketika ia tahu, bahwa Yesus seorang dari wilayah Herodes, ia mengirim Dia menghadap Herodes, yang pada waktu itu ada juga di di hadapan Herodes238-12 8Ketika Herodes melihat Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihat-Nya, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda. 9Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawaban apa pun. 10Sementara itu imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat maju ke depan dan melontarkan tuduhan-tuduhan yang berat terhadap Dia. 11Maka mulailah Herodes dan pasukannya menista dan mengolok-olokkan Dia, ia mengenakan jubah kebesaran kepada-Nya lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus. 12Dan pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus; sebelum itu mereka kembali di hadapan Pilatus2313-25Mat. 2715-26; Mrk. 156-15; Yoh. 1838–1916 13Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin serta rakyat, 14dan berkata kepada mereka ”Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya. 15Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apa pun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati. 16Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya.” [17Sebab ia wajib melepaskan seorang bagi mereka pada hari raya itu.] 18Tetapi mereka berteriak bersama-sama ”Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!” 19Barabas ini dimasukkan ke dalam penjara berhubung dengan suatu pemberontakan yang telah terjadi di dalam kota dan karena pembunuhan. 20Sekali lagi Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka, karena ia ingin melepaskan Yesus. 21Tetapi mereka berteriak membalasnya, katanya ”Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!” 22Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka ”Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahan pun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya.” 23Tetapi dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Ia disalibkan, dan akhirnya mereka menang dengan teriak mereka. 24Lalu Pilatus memutuskan, supaya tuntutan mereka dikabulkan. 25Dan ia melepaskan orang yang dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai dengan tuntutan mereka, tetapi Yesus diserahkannya kepada mereka untuk diperlakukan dibawa untuk disalibkan2326-32 26Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus. 27Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. 28Yesus berpaling kepada mereka dan berkata ”Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! 29Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata Berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui. 30Hos. 108; Why. 616 Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit Timbunilah kami! 31Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?” 32Dan ada juga digiring dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan disalibkan2333-43Mat. 2733-44; Mrk. 1522-32; Yoh. 1917-24 33Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya. 34Mzm. 2219 Yesus berkata ”Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. 35Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya ”Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah.” 36Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepada-Nya 37dan berkata ”Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!” 38Ada juga tulisan di atas kepala-Nya ”Inilah raja orang Yahudi”. 39Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya ”Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” 40Tetapi yang seorang menegor dia, katanya ”Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? 41Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” 42Lalu ia berkata ”Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” 43Kata Yesus kepadanya ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”Yesus mati2344-49Mat. 2745-46; Mrk. 1533-41; Yoh. 1928-30 44Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga, 45Kel. 2631-33 sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua. 46Mzm. 316 Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring ”Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya. 47Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya ”Sungguh, orang ini adalah orang benar!” 48Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri. 49Luk. 82-3 Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya dikuburkan2350-56aMat. 2757-61; Mrk. 1542-47; Yoh. 1938-42 50Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan seorang yang baik lagi benar. 51Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah. 52Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. 53Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat. 54Hari itu adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai. 55Dan perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea, ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana mayat-Nya dibaringkan. 56aDan setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak Yesus2356b–2412Mat. 281-10; Mrk. 161-8; Yoh. 201-10 56b Kel. 2010; Ul. 514 Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat, Terjemahan Baru Bible © Indonesian Bible Society 1974, Selebihnya Tentang Alkitab Terjemahan Baru
- Dalam On Cosmopolitanism and Forgiveness, filsuf Jacques Derrida berpendapat bahwa sebuah maaf yang total semestinya mengandung kemampuan untuk memaafkan dosa-dosa "yang tak termaafkan". Ucapan tersebut sesungguhnya mengandung paradoks Bagaimana mungkin memaafkan sesuatu atau seseorang yang tidak bisa dimaafkan? Namun, seiring sejarah tergelar, nyatanya memang ada orang-orang yang memiliki dada lebih lapang untuk merelakan berbagai dosa masa silam yang telah melukai bebas dari kerangkeng penjara Victor Verster selama 27 tahun akibat politik apartheid, hal pertama yang dilakukan Nelson Mandela adalah memaafkan para sipir yang kerap menyiksanya. “Memaafkan memang tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi di masa lalu, namun akan melapangkan jalan di masa depan,” demikian kata memaafkan tersebut kelak diuraikannya kembali oleh Mandela ketika ia berbicara di hadapan lebih dari rakyat Afrika Selatan yang memenuhi stadion kriket di Durban. Ia memohon agar perang saudara yang menghabisi nyawa ribuan orang Afsel dihentikan. Agar rakyat kulit hitam Afsel yang selama ini telah menjadi korban politik pecah belah oleh pemerintah kulit putih dapat distop. Pidato Mandela tersebut menegaskan bahwa rasa dendam dan saling membenci sudah sepatutnya tidak punya ruang berkembang jika manusia mendambakan kehidupan demokrasi dan kesetaraan martabat. Tanpa kemampuan memaafkan, cita-cita itu mungkin tidak pernah kejadian. Dan itulah yang coba ditunjukkan sekaligus dianjurkan oleh Mandela. Kendati ia menderita habis-habisan saat di penjara di Pulau Robben sampai hari-hari terakhir di sel tahanan Victor Verster—“beban terdahsyat, penderitaan terdalam," ujarnya—, semua masa kelam tersebut ia buang jauh-jauh demi merakit persatuan, perdamaian, dan penghapusan diskriminasi demi rakyat Mandela wafat pada enam tahun silam, ia dikenang sebagai salah satu tokoh berpengaruh dalam isu kemanusiaan. Selain sebelumnya pernah mendapat penghargaan Nobel Perdamaian pada 1993, hari lahirnya, 18 Juli, juga ditetapkan sebagai Mandela Day’ oleh Majelis Umum PBB. Hingga kini, sikap welas asih Mandela menjadi rujukan dalam penebaran pesan damai ke seluruh dunia, terutama dalam hal penyelesaian memang membutuhkan kekuatan lebih, sebagaimana yang juga diucapkan Gandhi dalam autobiografinya, All Men are Brothers "Mereka yang lemah tidak akan pernah mampu memaafkan. Hanya mereka yang tangguh yang dapat melakukannya." Ketangguhan tersebut pula yang ditunjukkan oleh orangtua Abdollah Hosseinzadeh, korban pembunuhan di tengah tawuran di jalanan kota Royan di Provinsi Mazandaran, Iran, pada 2014 lalu. Balal, nama pelaku pembunuhan tersebut, sejatinya telah berada di tiang gantungan demi mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun, hanya beberapa saat sebelum eksekusi dilakukan, ibu Abdollah tiba-tiba menghampirinya, menampar pipinya keras-keras, lalu memaafkan orang yang telah membunuh anaknya itu. Sementara itu, ayah korban melepas jerat yang melilit lehernya. Sang ibu juga lantas memeluk Isna, ibu Balal, lalu menangis bersama. Jika sikap tersebut tidak terasa luar biasa, ingatlah bahwa sebelum Abdollah tewas, kedua orangtua itu juga telah ditinggal pergi putranya yang lebih muda bernama Amirhossein karena kecelakaan motor ketika usianya masih 11 tahun. Maka pada hari ketika mereka memaafkan pelaku pembunuhan anaknya, kedua orangtua tersebut sesungguhnya bukan sekadar melenyapkan dendam, tapi menjaga harapan suci di masa depan; semoga tak ada lagi anak lain yang menjadi Memaafkan Memaafkan adalah salah satu konsep sentral di tiap ajaran agama mana ajaran Buddha, misalnya, dikenal istilah kshama dalam bahasa Sansekerta atau khama dalam bahasa Pali, sebuah konsep pengampunan demi mencapai nirwana—kondisi tertinggi dari welas asih dan kebijaksanaan yang ingin dicapai semua umat Buddha. Namun, tidak seperti layaknya agama-agama Abrahamik, umat Buddha tidak mencari atau menerima pengampunan dari “Dewa yang Mahatahu” sebagai dispensasi atas kesalahan yang telah diperbuat. Mendapat pengampunan bukanlah langkah menuju surga, dan/atau mencapai kehidupan kekal. Pengampunan adalah bagian dari praktik cinta kasih metta yang mencakup semua hal dalam diri Sang Buddha. Ditekankan pula betapa pentingnya rekonsiliasi dalam membangun harmoni di dunia, mengingat bahwa semua makhluk hidup saling terkait satu sama lain. Konsep pengampunan itu juga berkaitan dengan kepercayaan umat ​​Buddha terhadap karma kamma—juga dapat disebut sebagai Hukum Konsekuensi atau Hukum Karma. Menurut pemikiran Buddhis, ketika tubuh tempat pikiran saat ini mati, maka pikiran akan bergerak ke tubuh lain, ke kehidupan fisik lain. Tindakan di masa sekarang, baik dan buruk, akan memengaruhi situasi dan pengalaman kehidupan masa depan. Padmasambhava, seorang guru India yang membawa agama Buddha ke Tibet pada abad ke delapan, menulis, “Jika Anda ingin mengetahui kehidupan masa lalu Anda, lihatlah kondisi Anda sekarang; Jika Anda ingin mengetahui kehidupan masa depan Anda, lihatlah tindakan Anda saat ini.” Siklus reinkarnasi akan berlanjut hingga pikiran tercerahkan dan mencapai tahapan nirwana. Sebab itulah, kesadaran akan hukum karma semestinya dapat membuat seseorang melakukan tindakan positif demi menghindari konsekuensi yang negatif. Sementara di dalam Hindu dikenal konsep Tat Twam Asi suatu ajaran yang menyatakan bahwa dia adalah aku, aku adalah mereka, dan mereka adalah dia. Semua makhluk yang hidup di dunia ini adalah saudara Vasudaiva Kuthumbakam, maka dari itu, perlakukanlah orang lain seperti halnya Anda ingin diperlakukan. Segala perbuatan pikiran, perkataan, tindakan yang dilakukan tentu saja tidak akan pernah lepas dari adanya hukum Karma Phala sebab akibat.Di dalam Veda, manusia juga ditekankan untuk berwiweka, yaitu dapat membedakan baik, buruk, serta menjadi manusia yang pemaaf, dan hidup dengan saling cinta kasih terhadap sesama. Sebagaimana disebutkan di dalam Bhagavadgita XII Advesta sava bhutanam, maitrah karuna evaca Nirmamo niraham karah, sama dukha-sukha ksmi. Artinya dia yang tidak membenci segala makhluk, bersahabat, cinta kasih, bebas dari keakuan dan keangkuhan, dan sama dalam suka maupun duka dan pemberi maaf. Infografik memaafkan dalam tiap agamaKetika berada di penyaliban dalam keadaan sekarat dan tubuh terkoyak berlumur darah, Yesus Kristus masih sempat memanjatkan doa kepada Tuhan agar Dia mengampuni segala orang yang terlibat dalam penyiksaannya. “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” Lukas 2334. Doa Pengampunan tersebut merupakan yang pertama di antara ketujuh sabdanya yang terakhir di kayu salib. Pengampunan Yesus terhadap yang menganiayanya itu menunjukkan betapa besar kasihnya kepada umat manusia. Kendatipun ia amat menderita di atas kayu salib dan dalam penantian akan maut dengan kondisi yang memalukan, Yesus tidak melontarkan secuil pun kata-kata makian, hujatan, atau hasrat balas dendam terhadap mereka yang menghabisinya. Sebaliknya, ia justru mendoakan orang-orang itu agar Tuhan memberikan pengampunan kepada ajaran Yahudi, terdapat hari paling kudus untuk mencari pengampunan yang wajib dirayakan tiap tahun Yom Kippur atau “Hari Raya Pendamaian”. Perayaan tersebut memiliki nilai profetik mengenai kedatangan Mesias yang kedua kali, restorasi nasional Israel, dan penghakiman terakhir atas dunia. Yom Kippur menandai titik puncak periode sepuluh hari pertobatan yang dinamai “Hari-hari yang Diagungkan” atau Yamim Nora’im. Menurut rabbi-rabbi besar tradisi Yahudi, pada Rosh Hashanah—hari Sabat pertama pada saat penciptaan dunia—nasib orang-orang benar, tsaddikim, dituliskan dalam Kitab Kehidupan, dan nasib orang-orang jahat, resha’im, dituliskan dalam Kitab Kematian. Namun, karena sebagian besar manusia tidak akan dituliskan dalam salah satu kitab itu, maka mereka diberikan waktu sepuluh hari untuk bertobat. Sebab itulah kemudian muncul istilah Teshuvah “Hari Pertaubatan”. Adapun di ajaran Islam, konsep memaafkan juga menjadi poin sentral yang kerap disebutkan dalam Alquran. Islam memahami betapa manusia adalah tempat bersemayamnya kesalahan. Sebab itu, Islam mengajarkan untuk menjadi pribadi yang pemaaf, bukan pendendam. Allah memerintahkan kepada umat-Nya untuk membalas setiap keburukan dan kesalahan orang lain dengan kebaikan Fussilat 34-35. Memaafkan merupakan salah satu karakter orang bertakwa yang Allah janjikan balasan berupa ampunan dan surga Ali Imran 134. Kisah mengenai sahabat terdekat Rasulullah SAW, Abu Bakar As-Shiddiq RA, dapat menjadi contoh terbaik mengenai konsep memaafkan. Abu Bakar As-Shiddiq RA sempat bersumpah tidak akan memaafkan kesalahan Misthah bin Utsatsah dan bertekad tidak akan memberikan nafkah kepada sepupunya itu selamanya karena dianggap telah menyebarkan berita bohong dan menuduh putri tercintanya, Aisyah, berbuat zina dengan lelaki lain. Allah kemudian menegur sikap Abu Bakar yang tidak mau memaafkan itu melalui turunnya surat An-Nur ayat 22. Sejarah juga telah mencatat betapa Rasulullah SAW berulang kali menerima hinaan, siksaan, percobaan pembunuhan, pengkhianatan, dan serangkaian perilaku buruk lainnya dari kaum kafir. Namun, Rasulullah sama sekali tidak menyimpan dendam dan justru membalasnya dengan kebaikan dan memaafkan semua kesalahan yang pernah dilakukan orang lain kepadanya. Jika Allah saja Maha Pengampun dan Maha Menerima taubat hamba-Nya, jika Rasulullah juga telah menunjukkan perilaku suci dalam memaafkan para musuhnya, lalu elokkah jika manusia biasa enggan membukakan pintu maaf untuk orang lain? - Sosial Budaya Penulis Eddward S KennedyEditor Nurul Qomariyah Pramisti